Selasa, 22 Februari 2011

Islam Tak Mengajarkan Untuk Melawan Arus

Islam memberikan petunjuk, nasehat dan informasi yang benar berupa peraturan-peraturan hidup yang akan menuntun kita menuju kehidupan akhirat kelak, tetapi apakah kita paham kalau seluruh pola pikir dan perilaku kita ini tak mencerminkan pola pikir Islami, sebagaimana yang telah digariskan AL Qur’an. Apakah kita sadar, jangan-jangan kita ini masuk ke dalam golongan orang-orang yang disindir dalam Al Qur’an pada awal surat Al Baqarah:
Allah berfirman dalam Al Qur’an : “Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, tetpi bila gelap mereka berhenti” (Al Baqarah: 20)

Dalam bahasa yang lebih populer, perilaku ini untuk menggambarkan keadaan manusia yang sukanya hanya mengekor saja, giliran gelap mereka berhenti, giliran terang mereka berjalan. Atau jika ditafsirkan lebih luas, jika dirasa ada yang menguntungkan dalam Islam mereka ramai-ramai masuk Islam, tetapi jika tidak ada yang menguntungkan dalam Islam ramai-ramai kembali pada keyakinan lama.

Sikap hidup seperti ini pernah dialami oleh kaum muslim bangsa kita yang pada tahun 1965-an mengalami trauma dan teror yang sangat besar akibat tragedi komunisme, pada waktu itu orang yang berhaluan komunis akan dimasukkan dalam golongan yang harus ditumpas seakar-akarnya. Pada saat itu bangsa Indonesia ramai-ramai masuk Islam, ramai-ramai mendaftarkan status agama Islamnya dalam KTP. Di satu sisi kita melihat konversi yang sangat besar dari jawanisme ke Islam, tetapi di sisi lain, kita tak dapat memungkiri bahwa penduduk yang berbondong-bondong memluk Islam itu ibarat centang perentang alias bagaikan buih di lautan. Islam menjadi mayoritas, tetapi sama sekali tak punya kekuatan melawan dominasi budaya dan ideologi yang saling silang sengkarut.

Pilhan hidup akhirnya memaksa umat Islam untuk lebih dalam masuk dalam lingkaran dominasi arus tradisionalis. Sengaja memang Islam tradisionalis ini terus dipupuk karena sikap akomodatifnya pada politik dan budaya. Tetapi perlu diingat kalau mayoritas tak selalu benar, Islam punya prinsip-prinsip tersendiri yang bisa tak bersesuaian dengan tradisi, inilah yang menjadi pangkal masalah, orang-orang yang mempertahankan prinsip-prinsip kemurnian Islam kerap dituduh melawan arus.

Allah berfirman di dalam Al Qur’an, Jika kita mengikuti sebagian besar umat manusia mereka justru menjerumuskan kita pada kesesatan, ternyata patokan kebenaran itu tidak terletak pada banyaknya orang yang mengikutinya tetapi lebih kepada kesesuaian apa yang disampaikan dengan risalah Allah.

Bila mau kita kaji lebih dalam lagi, Islam sama sekali tak mengajarkan kita untuk melawan arus, seandainya terkesan berbeda dengan apa yang selama ini dipahami, yang salah bukan Islamnya tapi pola pikir kita yang kurang bisa memahaminya. Justru ketika ada seseorang yang terlihat beda dengan mainstream keislaman yang ada dalam masyarakatnya, sebenarnya orang tersebut sedang berada dalam proses pendewasaan diri untuk mempertahankan prinsip-prinsip Islam yang benar, ini yang patut kita apresiasi, yakni tetap mempertahankan pegangan hidupnya dunia dan akhirat.

0 komentar:

Posting Komentar