Rabu, 09 Februari 2011

Diam yang Berdosa

1.Diam ketika kemungkaran dilakukan terang-terangan di depan kita.
Bani Israil menerima laknat Allah sebagaimana sabda Dawud dan Isa.
Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat (QS 5:78-79).
a. Diam ketika mengetahui kezaliman berarti “mendukung/melestarikan”.
b. Do’a Ali Bin Husyain (cucu Ali) : “Tuhanku, ampuni aku bila di sampingku ada orang yang dizalimi dan aku diam.”
2.Diam jika berkenaan dengan informasi yang diperlukan masyarakat.
Sabda Nabi : “Jika seorang alim (pemilik informasi) ditanya, lalu ia ( diam )
menyembunyikan informasinya itu, ia akan dibelenggu dengan belenggu api neraka.”
a. Berilmu diam, tidak mengajarkan ilmunya.
b. Tahu jalan tidak mau memberi petunjuk.
c. Tahu kebusukan tapi diam/tidak melaporkannya.
3. Diam tidak bicara selama tidak berkaitan dengan keuntungan dirinya.
” . . . Sesungguhnya suara yang paling buruk adalah suara keledai.”(QS 31:19)
a. Ketika semua makhluk diciptakan Allah, mereka diberi kemampuan mengeluarkan suara. Ketika suara mereka keluar yang pertama kalinya mereka memuji dan mengagungkan Tuhan, kecuali keledai.
b. Keledai mau bersuara, hanya karena lapar dan untuk nafsunya.
c. Orang vokal, kemudian diam karena mendapat kedudukan.
Berarti suara lantangnya adalah suara keledai karena “lapar”.
4. Diam tidak mengakui dosa yang dilakukan.
Melakukan kesalahan yang merugikan masyarakat, tapi diam ketika dimintai pertanggungjawaban.
( Sumer: MPA, Febr 2007:25. Reformasi Sufistik, Djalaludin Rahmat )

0 komentar:

Posting Komentar