Rabu, 26 Januari 2011

Kelompok Usaha Tuntut Optimalkan Potensi Desa, Bantuan UKM Terkesan Sentralistik

                  Sale, salah satu produk asli pemuda Tegalwaru yang tergabung dalam KUPM.

TEGALWARU,  - Ketua OKP Oepas Korak Desa Cintalaksana, Kecamatan Tegalwaru, Hilal Tamami, mengatakan tingginya potensi ekonomi di pekampungan belum tersentuh Pemkab Karawang.

"Meskipun ada bantuan, tapi tidak pernah ditindaklanjuti dengan pembinaan. Akibatnya banyak program yang sia-sia, dan hanya dimonopoli sebagian kalangan saja," ujarnya, Selasa (18/1) kemarin. Merasa potensi asli daerah Tegalwaru seperti pisang, tidak diakomodir pemkab, dikatakan Hilal, dimanfaatkan sekelompok pemuda yang melihat potensi dari pengolahan pisang. Kini dengan beranggotakan sepuluh orang, gabungan pemuda yang menamakan diri Kelompok Usaha Pemuda Mandiri (KUPM), membuat perusahaan kecil-kecilan dengan mengolah pisang menjadi sale.

Menurut Hilal, bantuan pemerintah dalam pengembangan usaha atau pengembangan ekonomi kerakyatan, sangat terkesan sentralistik dan tergantung kedekatan antara pemegang kebijakan dengan individu, tanpa melihat kondisi riil di lapangan. Bahkan setelah bantuan itu turun, terkesan ditinggalkan begitu saja. Padahal kalau itu bisa dimaksimalkan, menurutnya, akan ada beberapa sektor ekonomi yang terangkat, serta bisa meningkatkan standar ekonomi masyarakat pada umumnya.

"Kendala pengembangan ekonomi bagi kalangan masyarakat adalah modal, dan ketika modal itu sudah didapat, mestinya bisa dijalankan dengan maksimal. Selain kelompok ini di Desa Medalsari dan banyak juga di desa lainnya usaha-usaha mandiri ini tersebar ke setiap pelosok, mulai dari ternak unggas, kambing, Domba, dan sapi hingga berbagai budidaya tanaman," ujarnya.

Menurut koordinator KUPM, Zaenal Arif, usaha ini dibuat murni atas inisiatif pemuda dan hasil swadaya dari anggotanya. "Kami tidak pernah mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun, tetapi kami masih bisa berjalan walau tersendat. Alhamdulillah, kami sudah bisa memasarkan produk ini sampai ke luar kecamatan," ungkapnya.

Proses pengolahan pisang menjadi sale sebenarnya sangat sederhana dilakukan. Zaenal mengatakan, dengan membeli pisang yang memang jarang dimanfaatkan, yakni pisang pulo, zaenal dan kawan-kawan mengolahnya menjadi sale, dan bisa menaikan daya tarik sendiri. Sampai saat ini omzet dari kegitan ini mencapai Rp 3.000.000 dengan modal kisaran Rp 500.000.

Lain halnya yang dilontarkan Oyo (55), warga Desa Medalsari, dirinya mengaku hampir setiap bulan Idul Adha dapat mengirim domba untuk Qurban ke Jakarta, mencapai 90 ekor hasil dari pengumpulan mulai ternak sendiri dan para tetangga. Selain itu, di rumahnya ada berbagai ternak unggas, tapi sampai saat ini dia melihat setiap ada bantuan dari pemerintah, hampir tidak ada yang sukses, seperti bantuan sapi, domba, dan kambing. "Hal ini membuktikan permerintah hanya memberikan program, tapi tidak dibarengi dengan pendampingan secara intensif dan tak pernah menegakan aturan yan jelas," ungkapnya.

0 komentar:

Posting Komentar