Sabtu, 25 Desember 2010

Kodim 0604 Ajak Petani Mandiri

KARAWANG, RAKA – Peredaran uang di masyarakat petani Kabupaten Karawang per tahun tidak kurang dari Rp 4 triliun. Karena perhitungan kasar produksi gabah kering panen (GKP) sekitar 1,3 juta ton. Kalau melihat angka akumulatif ini, secara umum tingkat pendapatan petani cukup lumayan baik. Bahkan telah mengarah kepada tingkat kesejahteraan, kendati tetap belum maksimal.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, Nachrowi M. Nur, saat memberikan materi pada acara sosialisasi pendidikan pendahuluan bela negara kepada kelompok petani muda, pemuda, dan karang taruna, di markas Kodim 0604 (21/12). “Pertanian menjadi sentra pembangunan di Kabupaten Karawang. Potensi yang dimiliki hingga 100 ribu hektar lahan teknis, ditambah lahan non teknis yang bisa dimanfaatkan bagi pengembangan palawija,” tuturnya.

Hasil produksi GKP, jelas Nachrowi, 480 ribu ton setara beras. Kedepan, petani Karawang harus punya misi membangun pertanian mandiri dan tangguh. Semua hambatan maupun tantangan, disarankan, mesti mampu dihadapi.

Tanpa itu, Nachrowi yakin, kemandirian bagi setiap petani sulit tercipta. Padahal kemandirian petani itu menjadi bagian dari kekuatan perekonomian di tingkat masyarakat yang menjadi mayoritas penduduk Kabupaten Karawang. “Jujur saja, petani kita kemandiriannya, mohon maaf, belum begitu kuat. Setiap ada program selalu terbentur oleh modal usaha. Sedangkan sektor pertanian mesti berkelanjutan. Tidak boleh mandeg sepanjang nasi masih menjadi kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia, termasuk beberapa negara lainnya di dunia. Untuk menaikan angka produksi saja sampai 7 ton per hektar, fakta di lapangan tetap sulit,” tandas Nachrowi.

Diakui dia, kendala yang dihadapi pertanian di Karawang, dan hampir di beberapa daerah lainnya di Indonesia, tingkat kesuburan tanah mulai berkurang. Disebutnya, ini bisa jadi akibat dari ulah manusia sendiri yang sering lepas kontrol dalam pemeliharaan alam. Ditambah faktor gangguan hama, serta kecenderungan alam yang mulai sering tidak bersahabat, seperti halnya bencana banjir. Namun demikian, sebut Nachrowi, produksi gabah Karawang tetap mengalami kenaikan 5 persen setiap tahunnya, sesuai target yang dipatok pemerintah pusat. “Dulu kita berhasil swasembada pangan pada tahun 1984. Kuncinya waktu itu kita kompak. Maka tantangan sekarang bagaimana semua pihak memiliki komitmen untuk mau mengembalikan ke tingkat keberhasilan swasembada pangan tersebut.

Dan memiliki keinginan kuat melestarikannya. Lahan teknis pertanian jangan sampai berubah fungsi. Kendati konsekwensi dari perubahan jaman, ditambah ledakan jumlah penduduk, berisiko pada kebutuhan tempat tinggal baru. Tapi kebutuhan beras bukan berkurang. Di sini berarti ada tantangan,” urai Nachrowi mengingatkan. Solusi dalam menghadapi tantangan itu, hemat Nachrowi, selain diversifikasi pangan, juga perlu memperkuat sumber daya manusia (SDM) di kalangan petani sendiri. Bentuknya, mulai dari pelatihan-pelatihan yang arahnya ke peningkatan kesejahteraan.

Visi  bagi pertanian, disebutnya, adalah tangguh, mandiri, dan berkelanjutan. Modal yang dimiliki Kabupaten Karawang, sama seperti Indramayu yang mampu memproduksi gabah di atas 1 juta ton per tahun. Menjawab keluhan kelompok tani, semisal kebutuhan legalitas kepemilikan tanah, sulitnya akses ke perbankan dalam pengajuan akad kredit modal tanam, kata Nachrowi, ini menjadi catatan Distanhut. Bahkan oleh Dandim 0604 bisa nanti ditindaklanjuti ke bupati. Begitu pula keinginan petani palawija dalam membuka akses pasar, hingga persoalan-persoalan calo setiap musim panen gabah.

 Dalam kesempatan itu pula, Dandim 0604, Letkol Kav. IE. Djoko Purwanto, menjelaskan, awal dari program yang kali ini melibatkan para petani adalah memberikan bela negara. Dari sini salah satu itemnya ketahanan nasional. Yakni, bagaimana ketahanan nasional menjadi kebutuhan pribadi. Jika ini bagus, menurutnya, bukan hanya tercipta ketahanan pribadi, tapi juga meluas menjadi ketahanan lingkungan, wilayah, hingga akhirnya kepada ketahanan nasional.
          
“Kesempatan sekarang kita libatkan petani pada ketahanan-ketahanan pertanian yang optimal, sesuai visi Distanhut, tangguh, mandiri, danberkelanjutan. Untuk mencapai kearah sana, kita bentuk pribadi-pribadi bagus, sesuai pekerjaan masing-masing. Ini kesimpulan persoalan-persoalan di wilayah. Saya coba ramu, himpun, dan salurkan ke Pemkab. Solusi oleh Pemkab. Kalau saya ada 3 aspek. Sebelumnya ke mitra karib, seperti mitranya Babinsa atau Kodim. Melibatkan seluruh profesi atau pekerjaan yang telah digelar tanggal 25 Nopember lalu. Selanjutnya, besok ke pemuda dan karang taruna,” jelas Djoko.  
    
Ia juga memberi tahu, prospek besarnya petani di Karawang ini akan dilibatkan pada program Pestani yang menjadi agenda Pemprov Jawa Barat. Tujuannya, tambah Djoko, memberikan peningkatan pengetahuan petani berbentuk seminar, workshop, serta pelatihan-pelatihan. “Kita memberangkatkan sementara 20 orang petani sebagai perwakilan ke Bandung. Tadi saja (kemarin –red), di Makodim sini kita gelar forum diskusi, sharing, belajar memecahkan persoalan-persoalan yang bisa diselesaikan. Kita jajaran Kodim ikut memantau, sekaligus mengarahkan solusi itu ke mereka,” ungkapnya. (vins)

0 komentar:

Posting Komentar