Kamis, 03 Maret 2011

PERJUANGAN PBB SEBAGAI PARTAI ISLAM YANG MODEREN


PENGAMAT politik LIPI Siti Zuhro mengatakan, untuk kesekian kalinya vox populi vox dei (suara rakyat suara Tuhan) tidak berpihak ke parpol Islam. Kecuali PKS, hasil Pemilu 2009 menunjukkan ketidakmampuan parpol Islam dalam menghindari gelombang tsunami Partai Demokrat.
Baik PPP maupun parpol “Islam remangremang”, yakni PAN dan PKB, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Adapun hal ini juga terjadi parpol Islam lainnya, yakni PBB, PBR, dan PKNU yang harus menelan pil pahit tidak lolos parliamentary threshold (PT).
“Harus diakui, selain partai Islam penurunan juga terjadi partai tengah lainnya, kecuali Demokrat yang entah karena factor ‘’kuat’’ seperti apa bisa meraih angka yang fantastis,” ujarnya pada Monitor Indonesia.
Namun, lanjutnya, dinamika politik partai tentu saja tidak akan berhenti pada kondisi seperti ini, pastinya akan selalu ada perubahan dan kejutan dalam setiap momennya. Maka bukan mustahil jika suatu saat partai Islam akan kembali bisa meraih kejayaanya.
“Bisa dikatakan, trend pemilih saat ini banyak bergeser pada partai tengah, namun pada 2014 bukan tidak mungkin trend tersebut akan berbalik,” kata pengamat yang akrab disapa Wiwik ini.
Kemungkinan bangkitnya partai Islam sebetulnya sudah ditandai dengan kemunculan PKS, yang mampu meraih posisi sebagai partai papan tengah. Hal ini, seharusnya bisa menjadi momentum bagi partai Islam lainnya. Tentu saja partai Islam yang memiliki karakter.
“PBB sebagai partai Islam modern dengan karakter Masyumi yang kental sebetulnya dapat mengambil momentum ini asal mau membumikan citra partai Islam modernnya secara sistemik dan efektif. Karena bagaimanapun citra tersebut lebih bisa diterima oleh banyak kalangan,” jelasnya.
Namun, lanjut Wiwik, strategi pencitraan tersebut harus dilakukan dengan elegan. Salah satunya dengan menunjukkan pada publik, bahwa PBB adalah partai yang konsisten memperjuangkan kesejahteraan masyarakat sebagai wujud implementasi syariat Islam.
“Startegi ini harus dimulai jauh-jauh hari sebelum pemilu digelar, karena citra sejati tidak akan muncul hanya dengan hitungan hari atau bulan saja,” ungkapnya.
Sekedar diketahui, pada dasarnya PBB merupakan partai yang sudah memiliki pemilih fanatik, terbukti pada Pemilu 1999, Partai ini berhasil mendapatkan 13 kursi DPR dan 400-an anggota DPRD I-II se- Indonesia. Sedangkan Pemilu 2004, PBB harus berpuas diri mengantongi 11 kursi DPR dan 400-an anggota DPRD I-II seluruh Indonesia.
Namun, memasuki periode pemilu 2009, PBB ternyata harus kalah dengan sistem pemilu yang ada. Walaupun beberapa kadernya di dapil tertentu memiliki suara mayoritas. Tapi karena peraturan PT, sebesar 2,5 persen dari total pemilih, PBB harus merelakan suaranya hangus.
Sementara, pakar politik Negarawan Centre Johan Silalahi berpendapat, kuatnya gempuran partai tengah saat ini harus diakui, agak sulit untuk memberikan ruang pada partai-partai Islam untuk besar. Apalagi jika partai Islam tersebut tidak berkarakter, jangan harap bias menemukan kemenangan.
“Dalam sejarahnya, meskipun Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, partai Islam di Negara kepulauan ini ternyata belum pernah menjadi pemain utama di panggung politik, khususnya pada masa Orde Baru dan setelahnya,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, saat pemilihan umum digelar pertama kali tahun 1955, partai-partai Islam menguasai hampir separuh suara, namun sejak itu perolehan suara partai Islam makin menurun. Sejatinya sejak masa pra-kemerdekaan, partai Islam sudah memainkan peran yang penting di Indonesia.
“Letak kekuatan partai Islam sebetulnya ada pada konsistensi perjuangan dan militansi kadernya. Jika saja ada partai Islam yang mampu memngoptimalkan hal itu, maka kekuatan partai Islam di Indonesia akan di perhitungkan,” paparnya.
Sementara, Direktur Riset Charta Politika Yunarto Wijaya mengungkapkan, permasalahan pengaderan yang kerap menjadi momok dari partipartai ideologis, seperti PBB. Masalah ini dapat diselesaikan jika PBB mau melakukan  pembentukan jaringan kader yang berlapis dan terstruktur dengan memanfaatkan roh ideologi yang sebenaranya dari sisi historis sudah dimiliki oleh PBB.
“PBB yang notabene banyak diisi oleh kalangan aktivis dengan track record yang mumpuni sebetulnya bisa saja mengoptimalkan sel-sel jaringannya yang terdiri dari aktivis, mahasiswa maupun ibu-ibu pengajian. Karena tanpa melakukan proses pengaderan secara terstruktur, tentunya partai ideologis seperti PBB ini akan sangat sulit berkembang,” paparnya.

0 komentar:

Posting Komentar